Pengertian
Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura biasa disingkat dengan ITP. “Idiopathic” berarti tidak
diketahui penyebabnya, “Thrombocytopenic” berarti kekurangan trombosit atau trombosit yang rendah dalam darah,
sedangkan “Purpura” berarti luka memar yang disebabkan karena perdarahan
dibawah kulit.
Di dalam tubuh
penderita ITP, sel-sel darahnya kecuali trombosit berada dalam jumlah yang normal. Trombosit (Platelets) adalah sel-sel yang
sangat kecil yang menutupi area tubuh paska luka atau akibat teriris/terpotong
dan kemudian membentuk bekuan darah. Seseorang dengan trombosit yang rendah dalam tubuhnya akan
sangat mudah mengalami luka. Kadang bintik-bintik kecil merah (disebut
Petechiae) muncul pula pada permukaan kulitnya. Jika jumlah trombosit ini sangat rendah, penderita ITP
bisa juga mengalami mimisan yang sukar berhenti, atau mengalami perdarahan
dalam organ ususnya.
Pada orang
dengan idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), platelet yang dilapisi dengan
autoantibodies untuk platelet antigen membran, sehingga penyerapan limpa dan
fagositosis oleh makrofag mononuklear. The
resulting shortened life span of platelets in the circulation, together with
incomplete compensation by increased platelet production by bone marrow
megakaryocytes, results in a decreased platelet count.
Jadi,
ITP
adalah suatu kondisi
dimana terjadi perdarahan abnormal akibat rendahnya jumlah trombosit tanpa
penyebab yang pasti disertai luka memar di kulit.
Penyebab
Penyebab ITP ini tidak diketahui dengan pasti, pada penderita ITP dalam tubuhnya membentuk antibodi yang
mampu menghancurkan trombosit.
Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri
atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya
bahkan meyerang trombosit
di dalam tubuhnya sendiri yang
mengakibatkan jumlah trombosit yang semakin turun.
Tanda dan Gejala
Gejala
ITP mencakup adanya
memar (purpura) dan bintik-bintik merah yang kecil (petechiae), terutama pada
ekstremitas, adanya perdaraham dari lubang hidung atau
mimisan (Epitaxis), perdarahan pada gusi (gingival
bleeding), dan hal tersebut
dapat terjadi jika jumlah platelet di bawah 20.000 per mm3.
Perdarahan lain yang bisa terjadi adalah menorrhagia (pengeluaran
darah haid yang teratur tetapi dalam jumlah yang banyak), pendarahan di otak
(namun gejala ini jarang ditemui), pendarahan di retina dan ditemukan darah di
urine, tinja bahkan ketika muntah.
Selain itu, jika terjadi luka kecil sukar sembuh atau jika ada pendarahan
sukar dihentikan.
Sebuah
jumlah yang sangat rendah (<10.000 per mm 3) dapat mengakibatkan
pembentukan spontan hematoma di mulut atau pada selaput lendir. Perdarahan yang disebabkan oleh luka atau lecet biasanya berkepanjangan. ITP
itu sendiri kebanyakan asimtomatis sehingga tidak menyebabkan pasien menjadi
lelah atau menunjukkan gejala-gejala kelelahan kronis.
Komplikasi yang serius dan
kemungkinan karena adanya jumlah trombosit
yang sangat rendah (<5.000 per mm3) dapat meliputi
perdarahan intraserebral, perdarahan
gastrointestinal, dan pendarahan internal lainnya. Seorang penderita ITP dengan jumlah trombosit yang sangat rendah juga
rentan terhadap pendarahan internal besar yang disebabkan oleh trauma perut, misalnya mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Namun, komplikasi
ini tidak akan terjadi pada pasien dengan trombosit diatas 20.000.
Ada
2 jenis ITP. Tipe yang pertama umumnya menyerang anak-anak biasa disebut
dengan idiopathic thrombositopenic purpura akut, sedangkan tipe lainnya
menyerang orang dewasa yakni
idiopathic thrombositopenic purpura kronis. Anak-anak berusia 2 hingga 4
tahun yang umumnya menderita penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa,
sebagian besar dialami oleh wanita muda. ITP bukan merupakan penyakit keturunan.
ITP yang dialami anak-anak berbeda
dengan ITP yang dialami oleh orang dewasa. Sebagian besar anak yang menderita
ITP memiliki jumlah trombosit yang sangat rendah dalam tubuhnya, yang
menyebabkan terjadinya perdarahan tiba-tiba. Gejala-gejala yang umumnya muncul
di antaranya luka memar dan bintik-bintik kecil berwarna merah di permukaan
kulitnya, mimisan dan gusi berdarah.
Perdarahan kulit bisa merupakan pertanda
awal dari jumlah trombosit yang kurang. Bintik-bintik keunguan seringkali
muncul di tungkai bawah dan cedera ringan bisa menyebabkan memar yang menyebar.
Bisa terjadi perdarahan gusi dan darah juga bisa ditemukan pada tinja atau air
kemih. Pada penderita wanita, darah menstruasinya sangat banyak. Perdarahan
mungkin sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa berakibat fatal.
Jika jumlah trombosit semakin menurun, maka perdarahan akan semakin memburuk.
Jumlah trombosit kurang dari 5.000-10.000/mL bisa menyebabkan hilangnya
sejumlah besar darah melalui saluran pencernaan atau terjadi perdarahan otak
(meskipun otaknya sendiri tidak mengalami cedera) yang bisa berakibat fatal.
Patofisiologi
Pada penderita ITP, memiliki autoantibody abnormal, biasanya
imunoglobulin G (IgG) dengan spesifisitas untuk 1 atau lebih glikoprotein
membran trombosit mengikat membran trombositopenia.
Autoantibody trombosit menginduksi fagositosis dimediasi reseptor-Fc
oleh makrofag mononuklir, tetapi tidak secara eksklusif dalam limpa. Limpa adalah organ kunci dalam
patofisiologi idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), bukan hanya karena
autoantibodies trombosit terbentuk dalam putih pulp, tetapi juga karena
makrofag mononuklear di pulp merah berlapis menghancurkan trombosit
imunoglobulin.
Jika
megakaryocytes sumsum tulang tidak dapat meningkatkan produksi dan
mempertahankan angka jumlah trombosit, maka trombositopenia purpura akan berkembang.
Penatalaksanaan
Jumlah
trombosit di bawah 20.000 umumnya merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu
pengobatan. Patients with a count
between 20,000 and 50,000 are usually evaluated on a case-by-case basis, and,
with rare exceptions, there is usually no need to treat patients with a count
above 50,000. [ 7 ] Hospitalization may be recommended in cases of
very low counts, and is highly advisable if the patient presents with
significant internal or mucocutaneous bleeding. Pasien dengan jumlah trombosit
antara 20.000 dan 50.000 biasanya dievaluasi per kasus dan biasanya dilakukan
pengobatan pada pasien hingga jumlah trombosit mencapai di atas 50.000. Rawat
inap mungkin dianjurkan dalam kasus-kasus dengan jumlah trombosit yang sangat
rendah, dan sangat dianjurkan bila pasien pendarahan internal. A count below 10,000 is potentially a medical emergency , as the patient may be
vulnerable to subarachnoid or intracerebral hemorrhage as a result of moderate head trauma . Hitungan di bawah 10.000 secara
potensial merupakan kondisi yang darurat, pasien rentan terhadap intraserebral
subarachnoid hemorrhage sebagai akibat dari trauma kepala. In most cases, treatment will be administered
under the direction of a hematologist . Kebanyakan kasus, pengobatan akan dilaksanakan di bawah
pengawasan dan instruksi hematologi. Macam-macam pengobatan, antara lain :
1. Steroid
Pengobatan biasanya diawali dengan
infus kortikosteroid, seperti metilprednisolon atau prednisone. A platelet infusion may be
administered in an emergency bleeding situation in an attempt to quickly raise
the count. Infus
trombosit dapat diberikan dalam situasi darurat seperti pendarahan dalam upaya
untuk segera menaikkan jumlah trombosit. After the platelet count has increased to a safe level, an orally
administered steroid, such as prednisone (1–2 mg/kg per day), is usually prescribed . Setelah jumlah trombosit meningkat ke tingkat yang aman,
suatu steroid oral seperti prednisone (1-2 mg / kg per hari), biasanya baru
diberikan. Most cases will respond
during the first week of treatment.Kebanyakan kasus akan merespon selama
minggu pertama pengobatan. After
several weeks of oral steroid therapy, the dose will be gradually reduced.
Setelah beberapa minggu terapi steroid oral, dosis secara bertahap akan
berkurang. However, 60 to 90 percent of
patients will relapse after the dose has been decreased below 0.25 mg/kg per
day and subsequently stopped. [ 6 ] [ 7 ] Continued use of steroids can result in severe
dependence, as well as numerous side-effects . Namun, 60 sampai 90 persen pasien akan kambuh setelah dosis
telah menurun di bawah 0,25 mg / kg per hari dan kemudian berhenti. Penggunaan
steroid yang berkelanjutan dapat menyebabkan ketergantungan berat.
Strategi
lain yang cocok untuk pasien dengan Rh-positif adalah dengan terapi Rho (D) globulin imun (Anti-D), melalui intravena. Anti-D is normally administered to
Rh-negative women during pregnancy and after the birth of an Rh-positive infant to prevent sensitization to the Rh factor in the
newborn. Anti-D biasanya diberikan kepada
perempuan Rh-negatif selama kehamilan dan pada bayi dengan Rh-positif untuk
mencegah sensitisasi terhadap faktor Rh pada bayi baru lahir. Anti-D has been demonstrated effective on
some ITP patients, but is costly, produces a short-term improvement and is not
recommended for post-splenectomy patients. [ 21 ]
Anti-D telah dibuktikan efektif pada beberapa pasien ITP, tetapi mahal.
3.
[ edit ] Steroid-sparing agentsAgen
steroid-sparing
Immunosuppresants such as mycophenolate mofetil and azathioprine are
becoming more popular for their effectiveness. Immunosuppresants seperti mycophenolate
mofetil dan azathioprine menjadi lebih populer untuk efektivitas penderita ITP. In chronic refractory cases where the immune
pathogenesis has been confirmed, the off-label use of vincristine , a chemotherapy agent,
may be attempted.
Dalam kasus refraktori kronis dimana kekebalan tubuh telah terdeteksi, dapat menggunakan vincristine, sebuah agen kemoterapi. However,
vincristine, a vinca alkaloid , has significant side-effects and its
use in treating ITP must be approached with caution, especially in children. Namun, vincristine, sebuah alkaloid tapak dara , dimana penggunaannya dalam
mengobati ITP harus hati-hati, terutama
pada anak-anak. Immunoglobulin intravena (IVIG) juga termasuk salah satu terapi
untuk penderita ITP, tetapi lebih mahal karena obat ini akan berespon kurang
lebih dalam kurun waktu satu bulan dan dapat mencegah terjadinya perdarahan.
Namun, dalam kasus ITP dijadwalkan untuk operasi bagi pasien yang memiliki jumlah trombosit yang sangat
rendah dan berbahaya.
4.
[ edit ] Thrombopoietin Receptor
AgonistsThrombopoietin
Reseptor Agonis
Thrombopoietin
receptor agonists are pharmaceutical agents that
treat ITP by stimulating platelet production instead of attempting to curtail
platelet destruction.Thrombopoietin
reseptor agonis adalah agen farmasi yang memperlakukan ITP dengan merangsang untuk mengurangi
kerusakan trombosit. As of 2011, two
such products are available: Pada tahun 2011, produk di bawah ini sudah tidak tersedia:
·
Eltrombopag (trade
name Promacta) is an orally-administered agent with an effect similar to that
of romiplostim.Eltrombopag adalah agen yang dikelola secara oral dengan efek yang
mirip dengan romiplostim. It too has
been demonstrated to increase platelet counts and decrease bleeding in a
dose-dependent manner. [ 25 ] Developed
by GlaxoSmithKline and also
designated an orphan drug by the FDA, Promacta was approved by the FDA on
November 20, 2008. [ 26 ] Ini juga telah ditunjukkan untuk
meningkatkan jumlah trombosit dan penurunan pendarahan dalam yang tergantung
dengan dosisMedicare in the USA will cover most of the cost of
romiplostim or eltrombopag treatment under Part-A .[ edit ] Surgery.
5.
Operasi
Splenectomy may be considered, as platelets targeted for destruction will
usually meet their fate in the spleen
. Splenektomi
dapat dianggap sebagai sasaran perusakan platelet biasanya akan ditemui dalam
limpa.
The procedure is potentially risky in
ITP cases due to the increased possibility of significant bleeding during
surgery. Prosedur ini berisiko dalam kasus-kasus ITP karena kemungkinan
meningkatnya perdarahan yang signifikan selama operasi. Sebagaimana dicatat
sebelumnya, penggunaan splenektomi untuk mengobati ITP telah berkurang sejak
pengembangan terapi steroid dan obat farmasi lainnya.
6. Treatment
lain
- Transfusi
Platelet
Paisen
ITP yang mengalami perdarahan berat membutuhkan transfuse platelet untuk
meningkatkan jumlah platelet dalam darah dan perlu dirawat di rumah sakit.
Beberapa pasien memerlukan transfuse platelet sebelum dilakukan pembedahan.
- Mengobati
infeksi
Beberapa
tipe infeksi dapat dengan mudah menurunkan jumlah platelet pasien. Jika pasien
ITP terkena infeksi yang menyebabkan plateletnya menurun, mengobati infeksi
dapat membantu meningkatkan jumlah platelet dan mengurangi resiko perarahan.
Jika pasien ITP
mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan jumlah platelet dan menyebabkan
perdarahan, menghentikan pengobatan kadang-kadang dapat membantu meningkatkan
jumlah platelet. Misalnya, aspirin dan ibuprofen contoh obat yang menyebabkan
penurunan fungsi platelet dan meningkatkan risiko perdarahan. Pasien ITP
sebaiknya tidak menggunakan obat tersebut.
Pemeriksaan
è Dokter
pertama kali akan memastikan terlebih dahulu bahwa jumlah platelet yang rendah
bukan disebabkan karena kondisi lain seperti HIV atau lupus, atau obat kimia
(misalnya obat kemoterapi atau aspirin). Dokter akan menanyakan riwayat medis,
melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah.
è Riwayat
medis menginformasikan tentang :
- Tanda dan gejala perdarahan
- Penyakit yang diderita yang dapat
menyebabkan penurunan jumlah platelet atau menyebabkan perdarahan
- Pengobatan atau suplemen yang biasa
dikonsumsi yang dapat menyebabkan perdarahan dan penurunan jumlah platelet.
è Dokter
akan melakukan pemeriksaan fisik dan melihat tanda dan gejala perdarahan dan
infeksi. Lalu dilakukan tes darah untuk mengetahui jumlah platelet dalam darah.
Tes darah ini meliputi :
- Perhitungan jumlah darah komplit. Tes
ini menunjukkan perbedaan dari beberapa jenis sel darah, termasuk platelet.
Pada pasien ITP, jumlah sel darah merah dan putih normal.
- Apusan darah. Pada tes ini, beberapa
tetes darah akan diletakkan di slide kemudian dilihat melalui mikroskop lalu
dilihat platelet dan sel darah yang lain.
- Beberapa laboratorium bisa melakukan tes
untuk mengetahui antibody yang merusak platelet.
Jika tes darah
menunjukkan hasil jumlah platelet yang rendah, dokter akan melakukan tes lagi
untuk memastikan diagnosis ITP. Misalnya, tes melalui sumsum tulang belakang
dapat digunakan untuk melihat sel yang besar yang membuat platelet terlihat
normal. (sel yang besar ini disebut megakaryocytes). Beberapa orang dengan ITP
sedang, mempunyai sedikit atau tidak ada tanda perdarahan. Dalam kasus yang
seperti itu, mereka bisa didiagnosis ITP hanya setelah tes darah dilakukan dan
menunjukkan bahwa mereka mempunyai jumlah platelet yang rendah.
ASUHAN
KEPERAWATAN
Kasus
SMRS (usia 10 tahun) anak di diagnosa SN di RSUP
karyadi (keluhan waktu itu bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari
kemudian pindah rawat di RSUP Purwerejo ditangani oleh dokter anak selama 2
tahun, mendapat terapi tablet hijau yang dosisnya makin lama makin berkurang,
orang tua merasakan tidak ada perbaikan, anak justru bertambah gemuk sehingga
beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di diagnosa SN diterapi mulai
2005- juli 2010. Dari spesialis anak dosis prednisolon 2-2-2 dosis terakhir 2 x
½ , evalusi proteinuria (+), tidak ada keluhan bengkak, moonface menurun, anak
bisa bertambah tinggi. 4 SMRS muncul bintik lebam dikulit, periksa ke SPPP
diagnosa SN. AT 1000, AL 12170, Hb 13,5.pada saat HMRS (17 tahun),didiagnosa ITP, rambut rontok.
SMRS muncul lebam-lebam, Pasien kemerahan dan gusi berdarah. Pasien merasa
lemas.
Pengkajian
·
Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
a. Prenatal :
Selama
hamil ibu kontrol rutin waktu hamil di bidan, tidak teratur minum vitamin
selama hamil
b. Perinatal
dan post natal :
Ibu
melahirkan sewktu berusia 23 tahun pervaginam di bidan, anak N langsung
menangis. BBL 3100 gr. Anak N mendapatkan imunisasi lengkap di bidan
c. Penyakit
yang pernah diderita :
Umur 7 tahun anak di dianosa SN ( bengkak di
seluruh badan)
d. Hospitalisasi/tindakan
operasi :
Anak belum
pernah diopersi sebelumnya
e. Injuri/kecelakaan :
Anak N
mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan sebelumnya
f. Alergi :
Anak
tidak mempunyai alergi makanan maupun obat
g. Imunisasi
dan tes laboratorium :
Ibu
mengatakan An. T sudah mendapatkan imunisasi lengkap di Puskesmas.
Imunisasi-jenis
vaksin
|
Diberikan
berapa kali
|
Umur
pemberian
|
BCG
Hepatitis B
Polio
DPT
Campak
|
1X
1X
6X
5X
1X
|
1 bulan
2 bulan
0,2,4,6 bulan
2,3,4 bulan
9 bulan
|
h.
Pengobatan :
Anak didiagnosa SN
sejak usianya 10 tahun, anak selalu berobat rutin pada dokter spesialis
anak.
Riwayat Keluarga
a.
Sosial
ekonomi :
Pasien
berasal dari keluarga yang cukup, ibu sebagai guru SMP penghasilan ± 2 juta
perbulan, ayah sebagai karyawan swasta (percetakan) dengan penghasilan ± 1,5
juta perbulan
b.
Lingkungan
rumah :
Pasien
mengatakan lingkungan disekitar rumah bersih, rumah berlantai keramik, beratap
genteng, dinding tembok, kamar mandi di dalam rumah, sumber air dari sumur
c.
Penyakit
keluarga :
Pasien
mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama (ITP) dalam kelurga,
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi.
-
Pengkajian Pola Kesehatan Klien Saat Ini
è Nutrisi
Sebelum
masuk RS: anak makan 3 kali sehari, (nasi, ikan, sayur)
Selama
di rumah sakit: anak makan habis 1
porsi, 3kali sehari diit rumah sakit.
è Cairan
Sebelum
masuk RS: anak minum 4-5 gelas belimbing sehari berupa air putih.
Selama
di rumah sakit: anak minum ±1,5 L air mineral.
Kebutuhan
cairan pada pasien yang seharusnya adalah :
Kebutuhan cairan:
BB = 49 kg
Kebutuhan cairan untuk
20 kg pertama 1500cc
Jadi kebutuhan cairan
dalam 24 jam adalah 1500+(
(49-20)x 20 ml/kgBB/hr)= 2080 cc/24 jam
è Aktivitas
Sebelum
masuk rumah sakit pasien sekolah sampai siang kemudian bermain dengan
teman-temannya
Selama
di rumah sakit: anak lebih banyak berbaring di tempat tidur karena merasa
lemas, namun anak terkadang terlihat duduk dan bisa ke kamar mandi sendiri
dengan didampingi keluarganya.
è Eliminasi
BAB : sebelum masuk RS: BAB setiap 2 kali
sehari, feses padat, berwarna kuning.
BAK : baik sebelum maupun selama di rumah sakit
tidak ada perubahan, BAK 5-6 kali sehari, BAK lancar, urin berwarna kekuningan
è Kognitif dan Persepsi
Pendengaran
: anak dapat mendengarkan suara gesekan jari
Penglihatan : dapat melihat dengan baik tanpa
menggunakan alat bantu
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Taktil
dan pengecapan : anak dapat merasakan sentuhan, dan bisa membedakan rasa asin,
manis
maupun pahit.
Pengkajian
Fisik
a.
Keadaaan
umum :
- Tingkat
kesadaran : compos mentis
- Nadi
; 90
X/mnt suhu; 36,8 0C RR ;
26 X/mnt TD:
125/90 mmHg
- Respon
nyeri : Berespon terhadap nyeri
- BB; 49 kg ,TB:168 cm, LLA ; 20 cm LK:
54 cm
b. Kulit : Warna sawo matang,
kulit teraba hangat, terlhat bintik-bintik merah
c. Kepala : bentuk kepala
mesosepal, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat luka, rambut Nampak tampak
bersih berwarna hitam tersebar merata.
d. Mata :
-
pupil :
reaksi cahaya +/+, isokor kanan/kiri
- conjunctiva : anemis
- sclera :
tidak ikterik
e.
Telinga : kedua
telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tidak ada cairan yang keluar
dari kedua telinga
f. Hidung : pernafasan
tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada mimisan, tidak ada gangguan
penciuman
g. Mulut : mukosa
bibir lembab,terdapat luka sariawan, tidak ada gangguan menelan, keadaan mulut
bersih
h.
Leher : tidak ada benjolan, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
nyeri menelan.
i.
Dada
:
Pergerakan dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak antara dada kanan dan
kiri. Tidak ada luka, tidak ada nyeri, tidak terdapat penggunaan otot-otot
tambahan pernafasan
j.
Paru-paru
:
I:
simetris kanan/kiri
P:
fremitus kanan/kiri
P:
sonor,
A:
vesikuler di kedua paru
k. Jantung :
Suara
jantung reguler
l.
Abdomen
: tidak
ada luka maupun bekas luka tidak ada nyeri tekan, warna kulit merata,
peristaltic 10x/menit
m. Genetalia : anak
tidak terpasang kateter, genitalia bersih.
n. Anus dan rektum : bersih,
tidak terdapat hemoroid
o. Muskuleskeletal : akral
hangat, nadi teraba, tidak terdapat pitting odema. Tidak ada nyeri,
Kekuatan
otot:
p. Neurologi :
GCS
E4V5M6
Tidak
ada kejang, tidak ada tremor, pasien dapat menyebutkan tempat, waktu,
orang
(orientasi baik)
Diagnosis
Keperawatan, NOC, NIC
I. Dx : Risk For Injury (00035)
Domain 11 :
Safety/Protection
Class 2 :
Physical Injury
Definisi :
Risiko injuri akibat dari kondisi lingkungan yang berhubungan dengan
sumber-sumber adaptif dan pertahanan.
Faktor risiko :
1. Profil
darah yang tidak normal (trombositopenia)
2. Penyakit
imun/autoimun
NOC
Blood Loss Severity
Definisi : Tingkat keparahan dari perdarahan internal/eksternal
Indikator : - Kehilangan darah yang bisa terlihat
- Pucat pada kulit dan membrane mukosa.
NIC
- Bleeding Precaution : menurunkan
stimulus yang dapat mengakibatkan resiko perdarahan pada pasien
è Monitor
pasien yang memiliki resiko perdarahan
è Monitor
tanda dan gejala perdarahan
è Monitor
tanda vital orthostatic, termasuk tekanan darah
è Monitor
pembekuan darah termasuk prothrombin time (PT), partial thromboplastin time
(PTT), fibrinogen, penurunan fibrin dan jumlah platelet jika diperlukan
è Lindungi
pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
è Mengajarkan
pasien dan atau keluarga akan tanda perdarahan dan tindakan yang tepat
è Beritahu
pasien untuk menghindari tindakan invasive
II. Dx. : Risk for infection
Domain 11 : Safety/ Protection
Class 1 :
Infection
Definisi :
Peningkatan resiko untuk diserang organism patogenik
Faktor risiko :
1. Imunitas
yang diperoleh tidak adekuat
2. Pertahanan
sekunder yang tidak adekuat (trombositopenia)
3. Malnutrition
NOC
1. Immune
status
Definisi : daya tahan alami dan didapat terhadap
antigen dari internal dan eksternal tubuh
Indicator : - Integritas
kulit
-
Integritas mukosa
2. Nutritional
Status
Definisi : meningkatkan nutrisi yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan metabolism
Indicator : - intake
nutrisi
-
Intake makanan
-
Intake cairan
-
Intake energy
-
Perbandingan antara berat/tinggi
3. Integritas
jaringan : kulit dan membrane mukosa
Definisi : keutuhan struktur dan fungsi fisiologis
yang normal pada kulit dan membrane mukosa
Indicator : - Perfusi
jaringan
-
Integritas kulit
-
Eritema
NIC
1. Perlindungan
terhadap infeksi : Pencegahan dan deteksi dini akan infeksi pada pasien yang mempunyai risiko
è Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
è Monitor
kerentanan pasien terhadap infeksi
è Monitor
angka granulosit,leukosit dan hasil yang berbeda
è Pertahankan
teknik aseptic terhadap pasien
è Amati
membran mukosa dan kulit terhadap kemerahan, suhu ekstrim dan drainase
è Dorong
pasien untuk istirahat cukup
è Dorong
intake cairan yang cukup
è Monitor
adanya perubahan energy
è Ajarkan
kepada pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi
2.
Manajemen nutrisi : Membantu untuk
memberikan intake makanan dan cairan yang
seimbang
è Menganjurkan
pasien untuk mengkonsumsi kalori secara cukup
è Menganjurkan
untuk makan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
è Memberikan
pasien makanan tinggi protein, tinggi kalori, makananringan dan minuman yang
dapat dikonsumsi setiap saat, dika diperlukan
è Monitor
intake nutrisi dan kalori
3. Pertahanan kulit : Mengumpulkan dan
menganalisis data dari pasien untuk mengatur integritas kulit dan membrane
mukosa
è Inspeksi
kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, temperature, ekstrimitas dan
drainase.
è Monitor
area kemerahan dan kerusakan pada kulit
è Monitor
kulit dan membrane mukosa terhadap perubahan warna dan lebam
è Monitor
warna kulit
è Catat
perubahan pada kulit dan membrane mukosa
III. Dx : Fatigue
berhubungan dengan status fisik : status penyakit
Domain
4 : Activity/ Rest
Class
3 : Energy Balance
Definisi : Perasaan kelelahan/ keletihan berlebih yang terus
menerus terjadi dan
menurunkan kapasitas kerja fisik dan mental.
Tidak seperti biasanya
Batasan Karakteristik :
1. Tampilan
yang menurun
2. Ketidakmampuan
untuk mempertahankan tingkat aktivitas fisik seperti biasanya
3. Ketidakmampuan
untuk mempertahankan kebiasaan rutin
4. Kekurangan
energy
5. Keletihan
6. Mengungkapkan
adanya kekurangan energy (lemas)
NOC
1. Energy
conservation
Definisi :
Tindakan personal untuk mengatur energy dan
aktifitas yang terus-menerus
Indikator :
-
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
-
Gunakan tidur siang untuk mengembalikan
energy
-
Mempertahankan nutrisi yang adekuat
2. Daya
tahan
Definisi : Kapasitas untuk melakukan aktifitas
Indikator : - penyimpanan energy setelah istirahat
-
kelelahan
3. Nutritional
status: Energy
Definisi : meningkatkan penyediaan nutrisi dan
oksigen bagi sel tubuh
Indicator : - Stamina
-
Daya tahan
-
Perlawanan terhadap infeksi
NIC
1. Manajemen
energi : pengaturan dalam penggunaan energi untuk suatu hal yang benar-benar
dibutuhkan atau untuk mencegah keletihan dan pengoptimalan fungsi
è Menentukan
keterbatasan aktivitas fisik pasien
è Dorong
pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan aktivitasnya
è Menentukan
penyebab dari keletihan
è Menentukan
persepsi pasien/keluarga akan penyebab dari keletihan
è Monitor
masukan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energy
è Mengkonsultasikan
dengan ahli gizi bagaimana untuk meningkatkan intake makanan
è Menganjurkan
pasien untuk meningkatkan istirahat dan membatasi aktivitas
2. Manajemen
nutrisi : Membantu untuk memberikan intake makanan dan cairan yang seimbang
è Menganjurkan
pasien untuk mengkonsumsi kalori secara cukup
è Menganjurkan
untuk makan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
è Memberikan
pasien makanan tinggi protein, tinggi kalori, makanan ringan dan minuman yang
dapat dikonsumsi setiap saat, jika diperlukan
è Monitor
intake nutrisi dan kalori
3. Peningkatan
tidur : memfasilitasi pola
tidur/bangun yang teratur.
è Menentukan
pola tidur/aktivitas pasien
è Memperkirakan
pola tidur/bangun yang teratur pada rencana perawatan.
è Menjelaskan
pentingnya tidur yang adekuat pada saat sakit.
è Menentukan
efek dari pengobatan terhadap pola tidur.
èInstruksikan pada pasien untuk memonitor tidurnya.